Pages

Thursday, December 27, 2012

Mengenal Rasul (Ma'rifatur Rasul)


 Mengenal Rasul (Ma'rifatur Rasul)

1.1 Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul (Hajatul Insaan ilarrasul)
Manusia sangat membutuhkan adanya seorang rasul yang diutus; karena secara fitrah, manusia selalu ingin tahu keberadaan sang pencipta, selalu menginginkan untuk dapat mengabdi secara benar kepada sang pencipta (Allah SWT), dan selalu menginginkan kehidupan yang teratur.

Untuk bisa mengetahui secara benar tentang keberadaan Allah, bagaimana cara melakukan pengabdian kepada-Nya, dan bagaimana bisa memahami aturan main hidup yang dibuat oleh Allah SWT sebagai pencipta yang akan menjadikan kehidupan manusia menjadi teratur, semuanya itu hanya bisa diperoleh melalui penjelasan atau petunjuk dari seorang rasul. Maka keberadaan seorang rasul menjadi sangat dibutuhkan oleh manusia.

Allah SWT berfirman,
قُل لِّمَنِ اْلأَرْضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ . سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ . قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ . سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ . قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلاَيُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ . سَيقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ.
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab) -Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?"(QS. Al-Mukminun (23) : 84-89)

1.1.1 Makna Risalah dan Rasul
•Risalah: Sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.

•Rasul: Seorang laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.
وَمَآأَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ.
Allah SWT berfirman,
Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. Al-Anbiyaa` (21) : 7)

1.1.2 Tanda-tanda kerasulan Muhammad SAW
Di antara tanda-tanda kerasulan Muhammad SAW adalah :
1.Memiliki sifat yang asasi (shiddiq, komitmen atau amanah terhadap perintah, tabligh dan fathanah atau cerdas).
2.Memiliki mukjizat (kejadian luar biasa yang diberikan Allah SWT sebagai tanda kenabian atau kerasulannya yang tidak bisa dipelajari dan ditandingi, serta tidak berulang).
3.Berita kedatangannya sudah diberitahukan. (QS. Ash-Shaf (61) : 6)


1.1.3 Kedudukan Rasulullah SAW 
Untuk mengetahui kedudukan Rasulullah SAW, dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :

•Sebagai hamba Allah 
Rasulullah SAW, dilihat dari kehambaannya atau kemanusiawiannya tidak ada bedanya dengan manusia yang lainnya. Di dalam sejarah kita dapat mengenal nasabnya, sifat-sifat fisiknya, hari dan tanggal kelahirannya. Beliau juga makan, minum dan berkeluarga, yang mana semuanya itu dimiliki oleh semua hamba Allah SWT termasuk Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman,
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرِّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي اْلأَسْوَاقِ لَوْلآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا.
Dan mereka berkata:"Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia. (QS.Al-Furqan (25) : 7)

•Sebagai utusan Allah 
Dari sisi ini, kita bisa melihat bahwa Muhammad SAW memiliki kedudukan sebagai utusan Allah SWT dengan tugas-tugas :

Menyampaikan (tablig) 
Allah SWT berfirman,
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ.
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah (5) : 67)

Adapun yang disampaikannya adalah :
•Ma'rifatullah (Mengenal hakikat Allah) .
ذَالِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ.
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Al-An’am (6) :102)

•Tauhidullah [Mengesakan Allah] .
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ.
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiyaa` (21) :25)

•Basyir wa nadzir (Memberi kabar gembira dan peringatan) 
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ فَمَنْ ءَامَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ.
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-An’am (6) :48)

Mendidik dan Membimbing.

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي اْلأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ.
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah.Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. 62:2)

1.2 Sifat-Sifat Dasar Rasulullah SAW
Muhammad SW memiliki empat sifat dasar yang menjadikannya layak untuk mengemban, empat sifat dasar tersebut adalah:

1.2.1 Jujur (Shiddiq).
Kejujuran Muhammad SAW, adalah kejujuran mutlak yang tidak akan pernah luntur dalam kondisi apapun, maka beliau tidak pernah mengatakan sesuatu melainkan sesuai dengan realita, baik ketika berjanji ataupun bersumpah, serius ataupun bercanda. Kejujuran seperti ini, adalah sesuatu yang dimiliki oleh seorang rasul; karena manusia tidak akan percaya kepada rasul yang tidak jujur. Diantara contoh kejujuran Rasulullah SAW seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud, dari Abdullah bin Abil Khansa, ia menuturkan,”Sebelum masa kenabian, aku pernah melakukan transaksi jual beli bersama Rasulullah SAW. Ketika itu, aku masih menyisakan beberapa barang dagangannya padaku, lalu aku berjanji akan mengantarkan barang tersebut ke tempat beliau pada hari itu juga, akan tetapi ketika itu aku lupa, begitu pula keesokan harinya, sehingga aku datang ke tempat beliau pada hari yang ke tiga. Beliau beliau bersabda,”Wahai anak muda! Engkau telah menyengsarakan aku, sejak tiga hari yang lalu aku terus menunggumu di sini.”
Dari kisah tersebut, kita dapat melihat, bahwa beliau jujur dengan apa yang telah beliau sepakat dengan pemuda tersebuti, di mana dari hari pertama yang disepakati dengan pemuda tersebut sampai hari di mana pemuda itu datang kepadanya, Rasullullah SAW tetap setia menunggu.

1.2.2 Amanah dengan Apa yang Didakwahkan
Sebagai wakil dari Allah SWT, dengan misi menyampaikan risalah kepada umat manusia, Rasulullah SAW selalu konsisten dan komitmen dalam melaksanakan risalah tersebut; karena apabila apabila beliau tidak konsisten atau komitmen dalam menjalankan risalahnya, maka hal yang demikian akan menunjukkan bahwa ia tidak bisa menghadapi apa yang dibebankan kepadanya, dan tentu saja akan menjadi bukti kebohongan atas pengakuannya sebagai utusan Allah SWT.
Sebagai seorang rasul, tentunya beliau akan sangant mengenal keagungan Allah Azza Wa Jalla, sehingga tidak akan mendurhakai segala perintah-Nya; karenan dengan mendurhakai perintah Allah , berarti ia telah berkhianat. Dan orang yang tidak bersikap amanah tidak alyak utnuk mengemban risalah Allah SWT.
Salah satu contoh dari komitmen beliau atas perintah Allah SWT, sebagaimana diriwayatkan oleh Syaikhani (Bukhari dan Muslim), dari Aisyah, ia menuturkan bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat malam hingga kaki beliau bengkak. Aku bertanya kepada beliau,”Mengapa engkau melakukan hal ini wahai Rasulullh!? Padahal dosa-dosamu yang akan dan yang sudah berlalu telah diampuni. Beliau menjawab,”Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?. Hal tersebut beliau lakukan, dalam rangka untuk memperlihatkan komitmennya terhadap perintah Allah SWT.
Allah SWT berfirman,
بَلِ اللهَ فَاعْبُدْ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ.
Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Az-Zunar (39) : 66)

1.2.3 Menyampaikan (Tabligh)
Rasulullah SAW senantiasa menyampaikan kandungan risalah secara sempurna dan kontinyu tanpa mempedulikan kemurkaan, penyiksaan, gangguan, tipu daya dan teror dari orang-orang yang memusuhinya. Beliau tetap istiqamah dan tidak tidak melakukan penyimpangan terhadap perin tah Allah SWT, betapapun banyak godaan yang merintanginya.
Tanpa adanya tabligh, risalah tidak akan pernah muncul ke permukaan, begitu juga halnya tanpa sikap sabar dan konsisten dari Rasulullah SAW, dakwah ini tidak akan pernah eksis.

1.2.4 Cerdas (Fathanah) 

Cerdas adalah sifat yang harus selalu mengiringi upaya tabligh, karena disaat menyampaikan dakwahnya, seporang rasul akan banyak menghadapi bantahan dan perdebaan para musuh, pertanyaan para pengikutnya dan penentangan serta kritik orang-orang yang meragukannya. Oleh karena itu, ia harus memiliki kepastian kecerdasan, kekuatan argumentasi dan kekuatan berfikir yang menjadikannya mampu membungkam para musuh sehingga mereka tidak lagi mempunyai alasan untuk menolak.
Kalau seandainya mereka masih memiliki alasan untuk menolak, berarti seorang rasul tidak akan bisa menguasai mereka. Sebagaimana firman Allah SWT,
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا.
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisaa` (4) :165)
Hal tersebut tidak akan terjadi, kecuali apabila dakwah rasul itu seluruhnya benar. Sebab yang tidak benar tidak mungkin memiliki alasan yang jelas, dan yang bathil alasannya akan selalu mudah untuk dipatahkan. Hal ini tidak akan terealisir tanpa disertai dengan kecerdasan yang mampu menegakkan setiap hujjah dalam setiap pemaparan.

Di antara contoh kecerdasan Rasulullah SAW, ketika beliau ditanya oleh seorang lelaki,”Apakah engkau Rasulullah? Beliau menjawab,”Ya.” Orang tersebut bertanya lagi,”Apa yang engkau sembah? Beliau menjawab,”Aku menyembah Allah semata, Tuhan yang apabila kamu mengalami musibah lalu kamu berdo’a kepada-Nya maka Dia akan menghilangkan musibah itu darimu. Tuhan yang apabila kamu mengalami ekkeringan, lalu kamu berdo’a kepada-Nya, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu. Tuhan yang apabila kamu tersesat di suatu belahan bumi, lalu kamu berdo’a kepada-Nya, maka Dia akan mengembalikanmu.

Lelaki tadi masuk Islam, kemudian berkata,”Berikanlah aku wasiat wahai Rasulullah! Beliau bersabda,”Janganlah engkau mencela apapun dan siapapun.” Orang itu berkata,”Sejak Rasulullah SAW memberikan wasiat wasiat tersebut, aku tidak pernah lagi mencela seekor unta atau kambing sekalipun.”
Contoh lain dari kecerdasan beliau, ketika kabilah-kabilah Arab ebrselisih tentang siapa yang lebih berhak untuk meletakkan hajar Aswad, maka dipanggillah Rasulullah SAW untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, kemudian dengan kecerdasannya, beliau menghamparkan sorbannya dan menyuruh kabilah-kabilah Arab untuk meletakkan hajar Aswad di atas sorbannya. Kemudian beliau menyuruh mereka semua untuk memegang keempat ujung sorbannya dan menyuruh mereka untuk mengangkat sorban tersebut lalu lalu beliau mengambil hajar Aswad itu dan meletakkannya sendiri pada tempatnya.
Dengan kecerdasan beliau seperti itu, semua kabilah Arab mau menerima dan merasa puas dengan keputusan tersebut sehingga mereka tidak berselisih lagi.

1.3 Kisah Teladan Seputar Ma’rifaur Rasul
Kisab Abu Bakar Ash-Shiddiq :
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah seorang sahabat karib Rasulullah SAW yang membenarkan peristiwa Isra` Mi’raj yang secara akal sulit diterima. Ketika Rasulullah SAW selesai melakukan Isra` dan Mi’raj, dalam tempo satu malam dan pada waktu shubuh beliau sudah kembali berada di Mekkah, padahal Isra` Mi’rah itu diawali dari mesjid Al-Haram ke mesji Al-Aqsa, kemudian ke Sidratul Muntaha yang tentunya perjalanan ini bukan perjalan dengan jarak yang dekat, sehingga orang-orang kafir ketika mendengar berita itu dan mendapatkan Rasulullah SAW berada di Mekkah pada pagi hari, mereka sangat tidak percaya dan mengatakan bahwa Muhammad orang gila.

Akan tetapi, Abu Bakar bukanlah seorang yang beriman secara kebetulan, melainkan ia beriman hasil dari susah payah dan usahanya yang benar, demikian pula ia beriman hasil dari berfikirnya dan kecerdasannya.

Yang mendorong keimanan Abu Bakar bukan hanya logika hati semata, melainkan dibantu pula oleh logika akalnya, hal ini dapat terlihat dari ucapannya dalam peristiwa Isra Mi’raj tersebut : Aku akan percaya kepada Muhammad walaupun lebih dari itu, dan aku mempercayainya mengenai berita langit yang dibawanya, baik diwaktu pergi maupun ketika kembali.
Peristiwa Isra Mi’raj bagi Abu Bakar tidak ada persoalan, akan tetapi yang menjadi pertanyaan baginya adalah : benarkan Rasulullah SAW yang mengatakan demikian (Isra dan Mi’raj) ? jika memang demikian, maka benarlah ia.

Abu Bakar bergegas pergi ke Ka’bah untuk menemui Rasulullah SAW. Disana ia melihat orang-orang tengah mencibir dan meragukan peristiwa Isra mi’raj. Mereka mengelilingi Rasulullah SAW dengan suara ribut yang tidak menentu. Kemudian Abu Bakar melihat Rasulullah SAW sedang duduk dengan tunduk dan khusyu menghadap Ka’bah. Beliau tidak merasa terganggu dengan berisiknya orang-orang bodoh yang berada disekelilingnya.
Setibanya di sana Abu Bakar langsung memeluk Rasulullah SAW seraya berkata,”Demi ayak dan ibuku yang menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah! Demi Allah, sesungguhnya Engkau benar, demi Allah sesungguhnya Engkau benar.

Inilah bukti nyata dari keimanan Abu Bakar kepada Rasulullah SAW yang membuatnya rela untuk memberi dan berkorban baginya.

No comments:

Post a Comment